Jumat, 20 Januari 2012

Joy to the World

Joy to the World


“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar bagi seluruh bangsa.”
(Lukas 2:10, LAI)

Joy to the World! Sebuah lagu yang indah yang dinyanyikan oleh jemaat Tuhan di masa-masa Natal. Lagu ini mempunyai melodi yang lincah yang keseluruhan nada-nadanya tidak lebih dari satu oktaf.Beberapa ahli musik hymn berpendapat bahwa melodi yang ditulis di dalam lagu ini merupakan melodi yang paling riang di antara lagu-lagu hymn Natal yang ada. Kegembiraan yang tersirat dalam lagu ini bukan bersifat artifisial namun merupakan sikap hati dan kesadaran yang sungguh akan pengertian penulis akan makna kelahiran Kristus bagi umat manusia.
 “Joy to the World”ditulis oleh Isaac Watts pada tahun 1719. Isaac Watts adalah pelopor nyanyian hymn yang terkenal di Inggris. Di sepanjang hidupnya ia telah mnulis kira-kira 600 nyanyian hymn. Tidaklah mengherankan jika ia disebut “Father of English hymnody”. Nyanyian “Joy to the World” sendiri adalah salah satu nyanyian yang terdapat dalam koleksi hymn Isaac Watts “Psalms of David Imitated in the Language of the New Testament”. Buku koleksi nyanian ini berisikan pujian yang mengekspresikan ayat-ayat Mazmur dalam makna dan gayaPerjanjian Baru. Watts mempunyai dasar pemikiran dalam penulisan lagu-lagu hymn yaitu:
1.  nyanyian gereja harus dapat mengekspresikan Injil Perjanjian Baru baik dalam versi penulisan Mazmur maupun dalam versi gubahan secara bebas dalam penulisan hymn,
2.  nyanyian Kristen harus dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan menyanyi dan juga memahami suasana dan pengalaman dari para penulis Mazmur dalam Perjanjian Lama
Demikian juga “Joy to the World” yang diadaptasi dari Mazmur 98:5-9 yang berbunyi demikian :
Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi,
dengan kecapi dan lagu yang nyaring,
dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring
bersorak-soraklah di hadapan Raja yakni TUHAN!
Biarlah gemuruh laut serta isinya,
dunia serta yang diam di dalamnya!
Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan,
dan gunung-gunung
bersorak-sorai bersama
di hadapan Tuhan
sebab Ia datang untuk menghakimi
dunia dengan keadilan
dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.
          Mazmur 98 adalah nyanyian yang mengungkapkan kegembiraan ucapan syukur atas perlindungan dan pemeliharaan Allah atas umat pilihan-Nya. Mazmur ini mengharapkan saat-saat dimana Jehovah akan menjadi Allah seluruh dunia dan hukum Israel akan diterima oleh seluruh bangsa. Watts sendiri menafsirkan ayat ini sebagai ungkapan pujian Perjanjian Baru bagi keselamatan manusia yang diawali dari lahirnya Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Dialah Yesus Kristus yang lahir di Betlehem untuk membebaskan manusia dari dosa. Barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Inilah sukacita sejati, “joy” yang dimengerti sebagai titik pusat dari seluruh masa adven. Manusia berdosa yang seharusnya binasa dan menerima murka Allah dalam kematian kekal mendapatkan anugerah keselamatan yang digenapi oleh Yesus Kristus seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Anugerah keselamatan didapatkan bukan karena kepintaran, kebaikan, apalagi usaha manusia melainkan hanya karena kasih Allah yang memberikan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus. Sukacita sejati karena pengampunan yang digenapi melalui Yesus Kristus. Inilah yang menjadi dasar kita menaikkan pujian ini. Bergemar dan bersorak karena semua lidah, seluruh bangsa, bumi serta seluruh isinya menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan. Haleluya!
Sumber :
1.     Kenneth W. Osbeck,“101 Hymn Stories”
2.     Esther G. Nasrani “Hymnology
3.     Edward Bailey “Gospel in Hymns”

Kamis, 01 September 2011

The Precious Gift of God


The Precious Gift of God

Matius 25:14-30

 14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
 17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
 Apakah talenta itu? Kita telah sering mendengar istilah ini bukan? Ketika kita mendengar kata ini yang kita berpikir tentang bakat, kelebihan yang ada pada diri kita. Namun apakah artinya ‘talenta’ itu? Saya hendak membahas talenta sebagai anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
            Talenta secara harafiah berarti ukuran timbangan sebesar 3000syikal [1]= kurang lebih 34 kilogram. Dalam tradisi bangsa Palestina, talenta ini adalah ukuran berat. Namun secara nilai, jumlah ini adalah jumlah yang sangat besar. Dalam Perjanjian Baru ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu 6.000 dinar untuk satu talenta. Jika satu talenta adalah 6000 dinar, jumlah ini kira-kira sama dengan upah kerja yang dihasilkan seorang karyawan selama 20 tahun masa kerja. Mungkin kira-kira US $ 300,000. Kita dapat mengira berapa besar jumlahnya dalammata uang kita bukan? Apa yang saya bahas di bawah ini bukanlah mengenai besarnya jumlah uang, namun saya hendak membahas talenta sebagai   karunia atau dapat juga kita sebut ‘gift’.
Pada perikop di atas dikatakan ada seorang kaya yang hendak bepergian. Ia mempunyai  3 orang hamba yang masing-masing dibekali talenta yang jumlahnya berbeda-beda satu sama lain. Hamba A memperoleh lima talenta, hamba B memper-oleh dua talenta, sedangkan hamba B memperoleh satu talenta. Di dalam  alkitab dikatakan si Tuan memberikan talenta ini sesuai dengan kesanggupannya. Ini berarti sang Tuan mempunyai pertimbangan tersendiri dalam memberikan ‘jatah’ talenta kepada hamba-hambanya ini.
Pada saat sang Tuan kembali dari perjalanannya, ketiga hamba ini menemui dia dan masing-masing melaporkan apa yang telah didapatkan oleh mereka.
 Hamba A dan hamba B masing-masing telah mengembangkan apa yang telah diberikan tuannya. Hamba A berhasil mengusahakan uang itu sehingga ia memperoleh lima talenta lagi sebagai hasil usahanya. Hamba B yang memperoleh dua talenta  juga berhasil memperoleh dua talenta sebagai keuntungannya. Sang Tuan sangat senang akan apa yang dikerjakan kedua hambanya ini. Dia mengatakan bahwa kedua hambanya ini sangat setia. Setia dan bertanggungjawab dalam perkara yang telah dipercayakan oleh tuannya. Setia berarti mengerjakannya dengan sungguh-sungguh hati sampai menghasilkan sesuatu yang berkenan di mata tuannya. Jikalau kita hitung-hitung, sang Tuan telah memberikan 30.000 dinar ( 6000 x 5 talenta) pada hamba A dan 12.000 dinar pada hamba B ( 6000 x 2 talenta). Mereka telah mengembangkannya menjadi dua kali lipat dari modal yang telah diberikan tuannya itu. Bukankah ini hasil yang sangat luar biasa? Tak heran jika sang Tuan hendak memberikan perkara yang lebih besar lagi karena dia sungguh-sungguh yakin kedua hambanya ini dapat melakukan yang terbaik yang dibebankan kepada mereka. Ini adalah upah kerja yang terbaik yang diberikan Tuhan kepada manusia. Jika kita dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan dengan baik, upah yang paling berharga  adalah bahwa kita akan diberikan beban yang lebih besar lagi. Ini adalah  kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada kita. Tanggung jawab yang Ia berikan tidak akan melebihi kemampuan kita manusia.
Bagaimana dengan hamba C? Apa yang ia lakukan atas uang yang telah diberikan itu? Ia malahan menggali lubang dan memasukkan uang itu ke dalamnya.  Hamba C ini adalah hamba yang jahat dan malas (di dalam bahasa aslinya dikatakan ‘poneros’ yang berarti jahat). Malas berarti lawan dari yang baik dan setia. Malas karena ia tidak melakukan apapun atas apa yang telah diberikan kepadanya bahkan menguburkannya di dalam tanah.  Tuan itu marah luar biasa dan  mengambil apa yang telah diberikan kepadanya dan diberikannya kepada hamba A yang memiliki 10 talenta .
Jika kita melihat perikop di atas dan mengerti apa itu talenta. Sungguh ini merupakan anugerah besar yang Tuhan berikan di dalam hidup kita. Mengapa demikian? Jika kita melihat secara nilai, 1 talenta saja nilainya 6.000 dinar. Ini merupakan nilai yang sangat besar bukan? Arti talenta dalam perikop ini bukanlah nilai uang namunkemampuan yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia  untuk melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu. Tentu saja talenta yang kita miliki besar nilainya karena Ia bahkan memberikannya secara cuma-cuma bagi kita.  Bukankah ini anugerah istimewa? Bukankah juga hak istimewa karena kita dapat memiliki apa yang menjadi anugerah Tuhan bagi kita? Waktu saya memikirkan hal ini, saya mengingat betapa baiknya Tuhan bagi saya dan tentu saja bagi kita semua, anak-anakNya. Sebelum saya mengerti hal ini, saya tidak merasa dan tidak mengerti bahwa talenta yang saya miliki sesungguhnya sangat berharga bagi saya. Dulu, saya adalah orang yang sangat pesimistik. Herannya, saya tidak pernah mengerti bahwa saya adalah orang yang demikian. Saya baru sadar pada saat  beberapa teman-teman saya berkomentar bahwa saya adalah orang ‘yang selalu pesimis’dan orag yang tidak mau melihat pada kemampuan yang saya miliki! Salah seorang bos saya pernah berkata bahwa saya adalah orang yang mudah menyerah. Saya pribadi (pernah) selalu merasa diri saya sia-sia, bodoh, tidak dapat melakukan yang baik, tidak dapat melakukan ini dan itu, tidak berguna, dst. Pada saat mereka berkomentar demikian, saya hanya beranggapan bahwa mereka orang yang idealis, yang tidak mengerti realita yag terdapat dalam diri orang lain. Saya merasa mereka  tidak mengerti realita yang ada pada diri saya. Saya tidak mengerti bagaimana bersyukur, dan bagaimana menerima diri apa adanya. Tidak mengerti bagaimana melihat hal-hal yang baik yang telah diberikan Tuhan bagi saya. Ironisnya lagi, dalam hal ini justru teman-teman yang lebih mengerti saya daripada diri saya sendiri. Namun pada akhirnya saya sadar bahwa saya  tidak boleh terpuruk dan terus bersandar pada karakter diri yang kurang baik ini. Saya berpikir bahwa apa yang saya miliki dan apa yang mampu saya kerjakan adalah bukan hasil usaha saya. Suara yang baik, kemampuan untuk belajar, kemampuan bekerja, kemampuan berbahasa yang baik sepenuhnya bukan milik saya. Siapakah yang telah memberikan ‘modal’ suara bagi saya? Siapakah yang telah memberikan saya mulut dan seluruh organ di dalamnya sehingga saya dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas dan sempurna?  Siapakah yang telah memberikan saya otak dengan 65 juta selnya bagi saya? Siapakah yang telah memberikan guru- guru yang baik bagi saya? Saya bersyukur setelah saya berada di seminari saya mempunyai talenta (yang mungkin baru saya sadari) yaitu menulis. Hidup dan segala kelimpahannya adalah anugerah. Saya percaya tidak ada satu halpun yang merupakan  suatu kebetulan dalam hidup kita manusia. Semua ada di dalam rencana dan kedaulatan Allah semata. Seorang profesor piano mengatakan; sepintar-pintarnya manusia, bahkan  seorang jenius sekalipun, jumlah seluruh sel otak  yang dipergunakan maksimal hanya 7%-10% saja, sedangkan manusia yang mempunyai kemampua rata-rata menggunaka tidak lebih dari 1-2% jumlah sel otak yang ada. Bayangkan betapa berlimpahnya apa yang Tuhan berikan bagi hidup kita. Saya sangat mengagumi Johann Sebastian Bach, komposer dan pemain serba bisa yang terkenal pada zaman Barok. Ia mempunyai kehidupan rohani yang sangat  baik. Ia mempergunakan talenta bermain musik sepenuhnya hanya untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Selama ia melayani Tuhan dalam musik gereja, ia menulis paling tidak satu kantata untuk dimainkan pada kebaktian setiap hari Minggu di gereja di mana ia melayani. Sepanjang hidupnya ia telah menulis kira-kira 400 karya kantata, itu belum termasuk concerto, karya-karya musik seperti fuga dan suita untuk piano dan keyboard dan bahkan oratorio. Bagi saya memainkan lagu-lagu JS. Bach mempunyai spirit tersendiri[2]. Semua karya-karyanya Bach sangat enak didengar, menunjukkan universalitas yang tinggi, mempunyai variasi-variasi dan tingkat kesulitan  yang berbeda-beda dalam setiap karyanya. Bach terkenal sangat mahir dan sangat teliti dalam harmoni musik sehingga tidak mengherankan jika Bach dianggap sebagai ikon puncak peradaban musik Barok yang meninggalkan konsep-konsep hukum musik dan hukum harmoni suara (kontrapung/counterpoint) yang menjadi landasan musik modern hingga hari ini[3]. Saya yakin Bach sangat mengerti besarnya talenta yang telah Tuhan anugerahkan baginya. Bach telah mempergunakan dan mengembangkan segenap kemampuan yang Tuhan anugerahkan kepadanya dengan sangat baik. Bukan saja berlimpah bagi dirinya, tetapi juga menjadi berkat bagi berbagai bangsa di dunia, khususnya mereka yang berkecimpung dalam bidang musik.  Siapakah kita sampai Tuhan mau mengaruniakan talenta bagi kita anak-anak-Nya? Inilah arti talenta yang Tuhan sampaikan dalam perikop ini. Semua yang kita kerjakan dalam hidup kita untuk memuliakan Dia adalah talenta.  Kita semua dianugerahkan  talenta agar kita dapat  memuliakan Dia di dalam seluruh hidup kita. Seberapa pun uang yang kita miliki dan sekeras apapun usaha yang kita lakukan  tentu saja kita tidak dapat memperoleh semuanya ini, bukan? Dalam satu perjalanan pulang, saya pernah bertemu dan berbincang-bincang dengan seorang supir Patas AC. Dia adalah seorang jemaat Katolik Paroki Keluarga Kudus,Pasar Minggu yang sudah 5 tahun tidak pernah datang ke gereja. Saya bertanya apa alasan dia tidak pergi ke gereja. Salah satu hal,dia mengungkapkan bahwa dia kecewa kepada gereja. Ia kecewa karena ia tidak mampu berbahasa roh, karena ia pikir itulah karunia yang terbesar yang ingin dia miliki. Dia telah sebisa mungkin untuk berusaha mengejar karunia itu. Lalu saya bertanya, bagaimana dengan kemampuan dia menyetir mobil, bukankah itu juga karunia yang diberikan Tuhan kepadanya. Lalu dia menjawab, bahwa itu adalah pilihan terakhir. Kemudian saya berkata bahwa menyetir mobil pun membutuhkan keterampilan tersendiri. Bagaimana kalau Tuhan tidak memberikan kemampuan itu kepada dia? Saya berkata kepadanya bahwa tidak semua orang bisa menyetir karena menyetir butuh konsentrasi yang tinggi dan tidak semua orang tahan menyetir dalam perjalanan Depok-Kota berkali-kali dalam sehari plus bertahan dalam kemacetan yang tidak dapat dihindari. Bukankah ini juga karunia karena tidak semua orang dapat melakukannya? Berapa orang yang bergantung kepada dia untuk melakukan perjalanan Depok-Kota setiap harinya? Sesaat dia terdiam mendengar apa yang saya katakan. Mungkin saja berbahasa lidah adalah karunia. Namun yang saya ingin tekankan karunia adalah pemberian Tuhan, bukan hasil usaha manusia. Karunia yang diberikan Tuhan bukan saja menjadi berkat bagi kita tapi juga harus berguna bagi sesama manusia.  Hanya Tuhan yang berhak dan berdaulat memberikannya bagi kita manusia  Dari hal-hal ini saya berpikir bahwa dahulu bertahun-tahun saya membodohi diri saya sendiri. Mengkungkung diri saya dengan hal-hal yang seharusnya tidak saya pikirkan dengan cara sedemikian. Bertahun-tahun tidak dapat melihat kelimpahan yang Tuhan berikan dalam hidup saya.  Bukankah saya sendiri adalah hamba C yang dibahas dalam perikop ini? Saya jahat karena saya menguburkan apa yang Tuhan telah berikan di dalam kepesimisan diri dan hidup saya. Saya pernah begitu lama bermain-main dengan waktu dan anugerah yang telah Tuhan berikan pada saya. Saya secara tidak sadar  telah menjadi musuh bagi diri saya sendiri.  Mengerikan bukan?
Saya bersyukur boleh mengerti bagaimana Tuhan sungguh mengasihi saya dan tentu saja setiap anak-anakNya. Diberikan-Nya anugerah yang terindah sebagai wujud kasih-Nya di dalam hidup kita. Saya bersyukur untuk boleh memuliakan Tuhan di setiap waktu dalam seluruh hidup saya. Diberikan-Nya hal-hal yang terbaik bagi saya.  Terbaik menurut standard Allah bukan menurut ukuran manusia. Bukankah ini sangat indah? Bukankah talenta adalah karunia dan hak istimewa karena kita boleh mendapatkan dan menikmati anugerah Tuhan ini? Istimewa bagi  setiap orang, karena setiap kita memperoleh talenta yang berbeda-beda. Mausia memang lemah dan terbatas, namun di dalam keterbatasan, Tuhan memberikan kelimpahan yang luar biasa agar manusia bisa bertumbuh, berkembang dengan segala hal yang dimilikinya. Tuhan menciptakan manusia yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya sehingga di dalam anugerahNya,  Tuhan telah memberikan talenta yang istimewa bagi kita. Tentu saja Ia menuntut pertanggungjawaban manusia secara pribadi di hadapan Dia. Seperti Tuan yang kembali dari perjalanannya, suatu saat kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan, Ia akan menuntut apa yang telah kita kerjakan  atas anugerah yang Tuhan telah berikan bagi kita.  Berapa besar talenta yang Tuhan telah berikan bagi kita? Sudahkah kita mempergunakannya dan mengembangkannya dengan baik?  Berapa banyak waktu telah kita pakai untuk mengembangkan apa yang Tuhan berikan bagi kita?  Sudahkah kita setia? Berapa banyak waktu yang telah kita pakai untuk membuang-buang anugerah yang Tuhan sudah berikan bagi kita? Berapa banyak waktu yang telah kita pakai untuk memuliakan nama-Nya dengan apa yang telah Dia anugerahkan bagi kita? Pada saat kita menghadap Dia muka dengan muka,   sudahkah kita siap menjawab Tuhan, berani mempertanggungjawabkan segala sesuatu yanh telah diberikan bagi kita di hadapan Dia? Hamba yang seperti apakah kita? Tuhan menantikan jawaban dan tindakan nyata kita: saudara dan saya……


God bless us all J
Retha
Sunter, Rabu 12 Mei 2004


Senin, 29 Agustus 2011

Kesehatian dalam Pelayanan Ibadah

Tulisan ini disampaikan pada ceramah penatalayan tim ibadah Gereja Kristen Jembatan Lima  pos PI Cibinong, Cibinong . Isi makalah disarikan dari beberapa sumber dan sharing pengalaman pelayanan pribadi di beberapa gereja.
Kesehatian dalam Pelayanan Ibadah
oleh : Margaretha Pardede Santoso
1.      Liturgis dan singers memahami arti pelayanan & peranan mereka sesuai dengan Firman Tuhan dalam liturgi ibadah.
2.      Memahami makna sesungguhnya “Pujian dan Penyembahan”
3.      Liturgis dan singers mengetahui tehnik-tehnik dasar dalam memimpin jemaat bernyanyi untuk memuji Tuhan.
4.      peran pemusik

BAGIAN I
1.            Dasar Pengrtian Ibadah
·         Dalam PL
Suku Lewi dipilih sebagai tim ibadah dalam PL karena peristiwa di Kel 32 : 25-29. Mereka mengawal --> Tabut dan memihak pada Musa di dalam pertengkaran tentang lembu emas. Diduga karena kesetiaan bangsa Lewi inilah (Kel 32:25-29), kemudian mereka diberi tugas khusus
, yaitu semua tugas yang berkaitan dengan Kemah Suci dan semua perlengkapannya. Oleh karena itu, mereka memiliki hak dan kewajiban tertentu akan hal ini.
Orang-orang Lewi bertanggung jawab untuk menjaga kekudusan Kemah Suci. Tidak semua orang boleh menghampiri tempat kudus. Untuk menghindari murka Allah maka orang-orang Lewi bertanggung jawab untuk menjaga agar orang awam tidak mendekati tempat kudus. Sebagian orang Lewi bertugas untuk melayani Harun dan anak-anaknya ketika mereka melayani di tempat kudus. Sekalipun demikian, orang Lewi tidak boleh mendekati mezbah atau perkakas kudus, yang hanya boleh diurus oleh Harun dan anak-anaknya. Pelanggaran akan mengakibatkan kematian. Panggilan khusus tersebut memaksa orang Lewi untuk melakukan tugas secara sungguh-sungguh dan sepenuh waktu. Penghasilan orang Lewi disokong penuh oleh umat sebagai balas jasa atas pelayanan mereka di Kemah Pertemuan. Seperti halnya dengan para imam. Orang Lewi harus memusatkan perhatiannya pada pelayanan dan harus melepaskan diri dari fokus kepada obyek yang lain. Di zaman ini, Allah masih terus memanggil dan mengkhususkan hamba Tuhan penuh waktu untuk tugas khusus melayani umat Tuhan melalui gereja-Nya. [LM]
Yang Tuhan kehendaki terlebih dahulu adalah kesetiaan. Tuhan tidak meminta sesorang terampil atau syarat2 tertentu lainnya untuk melayani Dia. Ketrampilan memang diperlukan tetapi bukan yang utama. Contohnya : mamu pimpin pujian tapi tidak bisa mendengar nada, tentu butuh persiapan khusus untuk hal ini. Jikalau tidak bisa, maka kita perlu rendah hati untuk mencoba di bidang pelayanan lain.

·         Dalam PB
Bagian I
Sikap Tuhan Yesus terhadap ibadah :
1. Tuhan Yesus mendukung ibadah Israel
    Mengajar di bait Allah :Lukas 19: 47, Yoh 7:14
    Tuhan Yesus menyucikan bait Allah :Mat 21 : 12-13
    Pergi ke rumah ibadat pada hari sabat Lukas 4 : 16

2. Tuhan Yesus yakin bahwa Dia melebihi institusi ibadah dalam PL : Mat 12: 6, Yoh 2 : 19
3.  Yesus menganggap dirinya memiliki hak untuk mengartikan ulang kebiasaan ibadah orang Yahudi ( Mark 2 : 27-28)
Dari bagian ini kita dapat mempelajari bagaimana Tuhan Yesus  menjadi pelaku ibadah yang merupakan  teladan bagi ibadah kita dan Tuhan Yesus sendiri yang mengubahkan konsep dan kebiasaan ibadah orang Yahudi pada zaman itu. (khusus budaya israel, sumbernya adalah T sendiri, awalnya d G. Sinai yang kemudian dikembangkan oleh orang Farisi menjadi satu peraturan yang baku dan bahkan seringkali dianggap lebih benar dari apapun. Contoh :Hari sabat itu untuk Tuhan bukan untuk manusia. )

Bagian II
Momen-momen terpenting Kristus di dalam dunia
    
·         Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan manusia menjadi momen yang penting bagi orang percaya. Karena Dialah satu2nya Allah dan Manusia yang membawa manusia keluar dari ikatan dosa.
·         Kelahiran Kristus menjadi penting dalam skenario/ manuskrip ibadah yaitu : memuji Tuhan karena Dia yang menggenapi nubuatan nabi dalam PL. Nyanyian Maria “Magnificat” (Lukas 1 : 46-55) dikenal sebagai hymn/ nyanyian ibadah mula2 di gereja pada masa itu.
·         Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi respon ibadah yang menekankan hancurnya kuasa dosa dan kematian yang kemudian tema ini menjadi fokus dalam baptisan, kotbah dan perjamuan Kudus. Ini yang menjadi inti FT bagi seluruh manusia

2.            Pentingnya Disiplin Rohani bagi para penatalayan
         A. Ibadah Pribadi
              Seorang pemimpin ibadah, singer, ataupun pemusik bahkan siapapun yang melayani dalam ibadah pribadi yang hidup. Satu-satunya cara adalah bagaimana menghabiskan waktu bersama dengan Tuhan secara pribadi. Di dalam ibadah pribadi, kita juga dapat merenungkan lagu2 yang kita nyanyikan/mainkan sehingga musik dann liriknya dapat menjadi fokus kita  di dalam Tuhan dalam kesatuan baik dalam keindahan, kebaikan, kebesaranNya.
·         Pengakuan dosa
      Sebagai penatalayan, sudah seharusnyalah kita mempunyai hidup yang terbuka di hadapan Tuhan. Kita manusia tidak luput dari keterbatasan dan kekurangan juga kecenderungan untuk merebut kemuliaan Tuhan menjadi kebanggaan kita. Waktu kita melayani Tuhan dalam ibadah, seringkali kita juga dapat mudah terjebak dalam satu kebanggaan diri karena kita yang membuat ibadah hari itu (mungkin) menjadi lebih baik. Pengakuan dosa membuat kita terus belajar memeriksa diri kita di hadapan Tuhan baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita hari lepas hari baik dalam kehidupan pelayanan, keluarga maupun kehidupan pribadi lepas pribadi. Waktu kita mengaku dan bertobat di hadapan Tuhan, merendahkan diri d hadapanNya kita menjalin kembali  hubungan yang lebih baik lagi dengan Tuhan

·         Doa
      Lukas 11 : 1
      Doa adalah percakapan kita dengan Tuhan. Doa merupakan proses pembelajaran yang bersifat terus menerus karena sebagai manusia kita mudah terombang ambing karena khawatir dan takut. Doa dengan satu penyerahan diri penuh, membuat kita berkomunikasi dan mendapatkan kekuatan dari T. Dalam doa kita juga membawa segenap jemaat yang kita layani, demikian juga rekan2 sepelayanan kita. Dengan demikian kita dapt menantikan dengan sabar melihat bagaimana Tuhan bekerja ketika kita membawa jemaat T memasuki hadirat Tuhan. Dengan doa kita juga memohon hikmat Tuhan untuk memahami apa yang jemaat Tuhan butuhkan dan apa yang mereka gumulkan. Di dalam hikmat Tuhan kita mendapatkan bimbingan bagaimana memperdulikan jemaat Tuhan melalui ibadahNya.
      
·         Tidak Mementingkan diri Sendiri
      SUBMISSION adalah bagian yang paling sulit dalam pelayanan.. Terus terang saya katakan, di gereja sering terjadi ketidakharmonisan di antara sesama penatalayan ataupun Hamba Tuhan karena bersikeras memaksakan apa yang diinginkan kepada orang lain. Di satu gereja yang saya layani di Jakarta, saya sulit sekali menerima kebiasaan ibadah mereka karena ada beberapa hal yang dipaksakan secara pribadi, misalnya: ada seorang liturgis bersikeras mengubah2 nada dasar sesuai suaranya sehingga pada saat jemaat bernyanyi mereka kesulitan karena lagu2 yang dimainkan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah nada2 nya. Pernah juga saya temukan lagu “The Prayer” dijadikan salah satu lagu dalam ibadah. Hal ini jelas tidak benar. Karena lagu The Prayer tidak dikomposisi untuk jemaat melainkan untuk nyanyian solo yang kondisinya sangat berbeda dengan jemaat. Lagu ini dibuat untuk penyanyi Charlotte Church dalam duetnya dengan Josh Groban. Dari segi materi suara keduanya mempunyai wilayah suara yang sangat luas sehingga banyak nada2 yang rendah dikombinasikan dengan nada2 yang sangat tinggi (diluar jangkauan suara jemaat) secara ekstrim. Bisa Bapak/ ibu bayangkan bagaimana jadinya ibadah kita jika demikian? Di satu gereja yang lain yang saya layani, ada seorang anak Hamba Tuhan yang saya ajar di sekolah. Saya mencoba memperkenalkan musik2 yang baik dari komposer2 besar dalam sejarah bagi anaknya dan juga siswa lain, tapi kemudian di mimbar disinggung bahwa komposer ini juga baik tapi lagu2 dari pembuat lagu rohani kontemporer juga baik. Bapak tersebut tidak setuju dengan saya lalu menegur secara tidak langsung di mimbar. Padahal saya tekankan (yang saya yakin dia tidak tahu), bahwa konsep2 besar musik yang baik yang pernah hadir dalam sejarah musik di dunia dilandasii oleh konsep pemikiran integritas  Kristen dibelakangnya. Di dalam pelayanan kita harus banyak pertimbangan dan saling menghormati antara sesama pelayan ataupun pelayanan itu sendiri.  Submission adalah satu disiplin rohani yang membuat kita belajar menyerahkan hak pribadi kita untuk kebaikan orang lain juga pelayanan itu sendiri. Submission adalah upaya untuk melihat sesuatu dari berbagai2 perspektif dan belajar untuk menelusuri pendapat orang lain. Tidak mementingkan diri melatih kita untuk hidup dalam transparansi (tidak ada hal yang ditutup2i dan keterbukaan untuk  kedisiplinan yang harus kita kerjakan). Ketika kita tidak mementingkan diri sendiri, kita tidak berpikir tentang diri sendiri sebagai otoritas tertinggi. Kita belajar saling merendahkan hati untuk menerima pendapat, kritikan dan saling bertanggung jawab. Dalam pelayanan ibadah kita bekerjasama dengan HT dan tim ibadah yang terlibat, jika kita bisa mempunyai sikap seperti ini pasti kita dapat bekerja dalam satu lingkingan pelayanan yang harmonis dengan satu pemahaman bahwa kita semua ada di bawah otoritas Tuhan

·         Berdiam diri
      Mazmur 46 : 10.
      Dunia kita adalah dunia yang hiruk pikuk, hingar bingar. Dalam masa2 sekarang ini satu buku mengatakan “solitude” adalah seni yang hilang. Solitude/ berdiam diri adalah keluar (sesaat) dari kehidupan komunitas sekitar dan menikmati hadirat Tuhan dalam kesunyian. Berdiam diri menolong kita untuk belajar bahwa nilai diri kita tidak ditentukan oleh pendapat orang tetapi  bagaimana kita hidup di hadapan Dia dan Tyuhan melihat hidup kita. Dalam diam kita belajar menilik hati kita, mengalami hadiratNya dan dengan satu keyakinan bahwa kita adalah domba gembalaanNya dan Dia akan selalu beserta dengan kita. dengan demikian kita tidak takut kesepian atau bahkan mengharap perhatian orang sehingga kita tidak jatuh dalam kemuliaan diri, mengharapkan pujian orang  tetapi hanya untuk menyenangkan Tuhan
·         Puasa
      Berpuasa dalam kehidupan pelayanan kita menolong kita untuk menyerahkan  setiap hal dalam pelayanan (mungkin juga pribadi) kepada Tuhan dan membiarkan Dia yang mengendalikan hidup kita. Kita juga belajar taat kepada Tuhan dan fokus kepada Dia. Dengan berpuasa kita sejenak berhenti dari hal2 yang biasa kita lakukan dan kita menjadi lebih peka akan apa yang Tuhan inginkan dalam pelayanan kita. Kepekaan ini menolong kita untuk lebih mengerti keberadaan diri kita dan memfokuskan  hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.  Jika kita berfokus pada Tuhan, kita akan mempunyai kesadaran kerohanian yang diperbaharui yang menolong kita keluar dari permasalahan yang membelenggu kita.


3.            mengenai istilah pujian dan penyembahan
        
         Yang saya amati dalam praktek ibadah, istilah ini menjadi bergeser saat kita membedakan lagu2 untuk pujian dan lagu2 untuk penyembahan. Lagu untuk pujian biasanya dipilih yang bermelodi riang dan penyembahan yang bermelodi khusyuk atau lembut. Pertanyaannya: pada saat praise, menyanyi seperti apa? Apa yang kita rasakan? Menyanyi sebebas apa? Dari apa yang di alami, kemudian timbul pengertian bahwa ibadah ya yang seperti ini atau yang seperti itu. Dalam bahasa Inggris, dua istilah ini disebut praise and worship yang menjadi populer sejak adanya ibadah kontemporer dalam gerakan Kharismatik. Saya mengajak kita melihat istilahnya satu per satu :
Worship
Secara literal Dalam bahasa Inggris mempunyai makna memberikan penghormatan kepada Tuhan dengan tindakan dan tutur kata kita. Dalam PL
. Lalu apa itu worship ? d dalam PL kata worship dterjemahkan shachah yang berarti tersungkur, jatuh rata dengan tanah, memohon dengan kerendahan hati. Sedangkan dalam PB sering memakai kata proskuneo yang berarti “mencium seperti anjing menjilat tangan tuannya”. D Persia, ada satu budaya yg bisa memperjelas makna proskuneo, orang yang sederajat menyapa dengan saling mencium bibir, orang yang derajatnya sedikit lebih rendah boleh mencium pipi. Sedangkan orang yang derajatnya paling rendah dia harus berlutut dan kepalanya menyentuh tanah. Proskuneo. Ibadah yang sesungguhnya itu harus Yoh 4 : 24. dikutip dr commentary adam clarke “A man worship God in spirit, when under the influence of the Holy Ghost, he brings  all his affections, appetites, and desires to the throne of God; and he worship Him in truth when every purpose and passion of His heart, and when every act of His religious worship, is guided and regulated by the Word of God”. MANUSIA MENYEMBAH TUHAN DALAM ROH, DIBAWAH PIMPINAN ROH KUDUS, IA MEMBAWA SEGENAP KESUNGGUHAN, SELERA DAN KEINGINAN KEPADA TUHAN; DAN IA MENYEMBAH TUHAN DALAM KEBENARAN KETIKA SETIAP TUJUAN DAN keinginan hati yang terdalam, TINDAKAN IBADAH YANG RELIOGIUS DIBIMBING DAN DIKENDALIKAN OLEH FIRMAN TUHAN. Bukan lewat pengalaman, perasaan, keinginan kita atau kesenangan atau kemampuan  kita yang kita anggap sebagai kebenaran. Waktu kita mendekat kepada Tuhan, hati kita mempunyai satu penyerahan yang mutlak. Tidak ada satupun  yang kita dapat berikan kepada Tuhan selain kesungguhan hati dan ketaatan. Kita sendiri harus menilik pelayanan ibadah pribadi kita dalam pengertian yang sesungguhnya mengenai ibadah.
Roma 12 : 1
Praise/ pujian
Mengenai lagu kontemporerd “bawah kepak sayapmu” (maaf saya lupa judul persisnya)-> terdapat frase :”dibawah kepak sayapmu”. Apa mungkin d bawa terbang di bawah kepak sayap? Rajawali itu melemparkan anaknya di titik terendah baru diselamatkan lagi supaya belajar terbang. Secara alkitabiah, tidak dikatakan di bawah kepak sayap rajawali. Yg ada d bawah sayap malaikat, sayap ayam tidak dikatakan spesifik rajawali dan tdk dkatakan di bawah kepak sayap. Yg dilindungi d bawah kepak sayap tetapi bukan rajawali.
Dalam beberapa pengertian seringkali istilah  jatuh kepada gaya musik atau lagu yang dimainkan dan menggunakan gaya2 musik yang banyak mempergunakan sinkopasi atau upbeat dalam memainkannya. Upbeat sebenarnya bukan masalah, karena ada beberapa pujian dari budaya tertentu memang erat upbeat atau sinkopasi mis: orang Afrika. Yang menjadi masaah adalah kecenderungan memilih atas apa yang kita suka dan ada sedikit kebebasan (kurang mau diatur karena ini praise maka yang dipilih adalah yang seperti demikian). dengan Ayat yang diambil sebagai pembenaran atas istilah ini adalah
Mazmur 150: ayat 4 dan 5 menjadi satu pembenaran untuk menggunakan alat musik tertentu atau lagu dengan gaya tertentu yang digunakan satu ibadah. Saya tidak menyalahkan alat musik yang dipakai, tidak  pro instrumen ini dan kontra instrrumen itu. Beat sebenarnya tidak menjadi masalah, tapi permisi tanya apakah pemikiran kita waktu kita memikirkan pujian ini? Istilah pujian sekarang ini jadi bergeser. Sebenarnya pujian adalah  pernyataan positif terhadap seseorang atau terhadap sesuatu. Kita memuji karena seseorang atau sesuatu itu layak dipuji. Pujian disini dalam arti puji2an Kristen. Pujian lebih bersifat ekspresif, ungkapan (biasanya dengan nyanyian) sedangkan penyembahan adalah satu sikap doa dan introspeksi diri di hadapan Tuhan.
Sehingga, jika orang memuji belum tentu dia melakukan penyembahan, Penyembahan dalam cakupan yang lebih luas adalah  bagaimana seluruh hidup kita menjadi persembahan yang hidup di hadapan Allah seperti yang dikatakan dalam Roma 12 : 1