Senin, 29 Agustus 2011

Pembinaan Pemusik dan Liturgis GKK





Bagian I
Mempersiapkan  Ibadah (secara praktis)
oleh Margaretha Pardede Santoso

  • Persiapan pribadi dan/ kelompok
Persiapan pribadi sebagai penatalayan dan persiapan secara kelompok baik teknis maupun non-teknis merefleksikan kesungguhan hati kita dalam mengerjakan pelayanan yang Tuhan berikan bagi kita.
  • Sadar diri
Setiap yang melayani Tuhan hendaknya sadar sepenuhnya bahwa Tuhan mau memakai saya untuk pekerjaanNya, siapa yang layak untuk boleh melayani Tuhan? Kalo Tuhan mau, banyak yang lebih baik dari kita. Tapi bagaimana respons sebagian orang? Pelayanan setengah2 hati, bayar harga? Nanti dulu. Terus terang di luaran banyak sekali penyanyi koor yang baik, memenuhi standard, kemampuan ok tapi Tuhan belum pakai untuk pelayanan. Banyak sekali pemain musik yang sangat baik tapi belum tergerak melayani Tuhan atau melayani tapi tidak profesional untuk Tuhan. Saya sering melihat organis atau pianis di gereja hanya menulis chord2 saja di kertas persiapannya. Bahkan baru baca chord sesaat sebelum kebaktian karena dia seorang yang sangat mahir sehingga tidak perlu latihan.  Apakah demikian? Juga sering sekali melihat band yang sebenarnya Cuma “main bareng” tapi kepalanya sendiri2. Ini sangat terasa di musik yang dimainkannya. Juga pemain drum yang sering sibuk dengan permainannya sendiri. Latihan sekenanya, bahkan seringkali mendekati jam kebaktian. Ada penyanyi yang ga siap dengan musiknya karena pada saat latihan sama2 juga sibuk sendiri. Ada juga yang setia pelayanan tapi hobbynya telaaatt terus..  hal2 yang saya beberkan di atas sering sekali saya lihat terjadi di gereja2 Tuhan. Jikalau kita sadar siapa diri kita di hadapan Tuhan, apalah artinya melakukan usaha yang terbaik bagi Tuhan? Saya hanya jemaat biasa.   saya lebih banyak ikut ibadah sebagai jemaat biasa ketimbang bicara mengenai ibadah. Banyak orang yang tidak tahu banyak hal tentang pelayanan tapi Tuhan ijinkan dan beri kesempatan untuk melayani Dia, tetapi ada juga yang tahu banyak, terampil, punya hati untuk melayani Tuhan tapi Tuhan belum memberikan kesempatan untuk melayani dalam bidang ibadah. Lalu kita ada di mana?

  •  
Sehati adalah… bagaimana setiap orang dengan keunikannya si dalam Tuhan berusaha menempatkan dirinya pada saat bersama2 dengan orang lain untuk mempersiapkan ibadah, berusaha sejalan dengan apa yang dikerjakan dalam pelayanan bersama dengan Tuhan, gereja dan sesama dan/pihak2 terkait. Apa efek ketidaksehatian? Secara personal? Secara praktek? Bagaimana jika banyak yang mau sehati tapi ada satu yang nyeleneh dan mau seenaknya sendiri. Di salah satu gereja yang saya layani ada orang semacam ini. Dia orang yang sangat terampil bermain musik. Seorang guru piano yang handal, tapi sulit sekali bekerjasama dengan orang lain. Saya maunya begini, silahkan ikuti. Waktu natal, koor yang saya pimpin mau menyanyi Hallelujah chorus. Dia sudah atur sejak awal, bahwa dia yang akan iringi koor saya tersebut, tapi hanya satu kali  pada saat Gladi bersih saja. Saya mati2an tidak mau karena menurut saya itu tidak adil dan saya bicara kepada pengurus saya tidak mau diiringi oleh dia. Tapi pengurus tidak berani ambil keputusan untuk bersikap tegas dengan dia. Saya tidak bisa bicara langsung karena saya hanya melayani dan bukan jemaat di situ. Akhirnya pelayanan berjalan tidak sesuai yang semestinya harus dikerjakan dan yang sudah dipersiapkan dalam waktu yang lama. Bagaimana menurut saudara saudari sekalian? Ada juga pemimpin ibadah yang kurang dapat membawakan ibadah dengan baik. Ibadah terasa dingin dan menjalankan semuanya dengan gaya instruksional. Mari kita berdoa, mari kita mengumpulkan persembahan. Mari kita baca alkitab dan mari mari lainnya. Pemimpin ibadah tidak menatap jemaatnya dengan seksama sehingga terkesan aku disini dan engkau d sana.

  • Teknis pelaksanaan
    1. Creating Art (complete worship leader chapter 6)

a.      pandangan formalistik
adalah penekanan terhadap aspek2 teknis dari seni dalam pelayanan ibadah
pentingnya skill / keterampilan
Skill/kecakapan harus dikembangkan dan diupayakan dan sebisa mungkin mengungkapkan keindahan pujian yang dinyanyikan dan dimainkan melalui instrumen musik. Skill bagi pemusik, penyanyi dan pemimpin ibadah sama pentingnya dengan skill yang harus dimiliki Hamba Tuhan dalam hal keterampilan exegese, logika dan teknik penyampaian FT. Demikian juga pemimpin ibadah diharapkan mampu melihat suasana ibadah yang sedang berlangsung. Bagaimana jika ada jemaat yang tidur dan jemaat yang tidak berespon dengna baik? Keterampilan itu tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat seperti shortcut tetapi harus ditempa, dibina dan diupayakan dalam setiap waktu.

pentingnya detil
yang dimaksud detil disini adalah hal2 kecil yang penting yang perlu dipersiapkan dalam mendukung proses jalannya ibadah. Misalnya: bagi pemimpin paduan suara, tidak dapat diterima jika satu orang dalam satu kelompok suara tertentu menyanyikan not yang salah. Pemain drum, sebisa mungkin harus bisa menjaga kestabilan tempo yang dimainkan kecuali jika terdapat fermata(perpanjangan  not), ritardando (perlambatan kecepatan), perubahan tempo yang signifikan dsbbagi para pemimpin pujian atau worship leader, dapat memberikan tanda2 yang tepat pada waktu yang tepat bagi tim musik dan penyanyi yang mendampinginya.
pemikiran musik formalistik   Ronald Allen, Gordon Borror hal 97
·         interval dan ritme
interval adalah : jarak nada satu ke yang lainnya, misalnya : do-re; mi-la, dst
untuk situasi di jakarta khususnya, indonesia umumnya, hal ini perlu dibantu oleh keyboardist atau pianis untuk membantu para pemandu pujian dan wl dalam mempersiapkan melodi dengan nada2 yang tepat dalam persiapannya
Ritme adalah Rhythm (from Greek υθμός  rhythmos, "any regular recurring motion, symmetry"[1]) is a "movement marked by the regulated succession of strong and weak elements, or of opposite or different conditions." [2] In other words, rhythm is simply the timing of the musical sounds and silences. While rhythm most commonly applies to sound, such as music and spoken language, it may also refer to visual presentation, as "timed movement through space."[3]  (wikipedia)
bagi para pemandu pujian dan pemimpin ibadah :
1.      pahami teks pujian dan nyanyikan notasinya dengan benar. Termasuk jika ada tanda fermata atau perlambatan, atau hal2 lain yang tertera dalam pujian yang dimaksud
misalnya : hidup bagi Yesus bait terakhir : ku berserah o trimalah.. hidupku ya Tuhan..
2.      jikalau ada bagian2 tertentu yang sulit, misalnya nada2 miring, nada2 yang jarak intervalnya besar, dsb, latihlah lagu tersebut dengan seksama. Pahami bagian yang sulit perlahan sampai semua dapat dikuasai dengan baik
mi ri mi fa do mi re do sol

bagi pemandu pujian dan pemusik :
1.      sebelum mulai latihan, silakan tentukan latihan seperti apa yang akan dikerjakan atau dipersiapkan pada hari itu. Jangan membiasakan diri berlatih hanya sekali ataupun berlatih satu jam atau dua jam sebelum kebaktian berlangsung!!

Bagi para pemusik :
1. untuk bagian ini yang terpenting adalah memainkan not dan ritme lagu lagu yang akan dimainkan dengan benar. Walaupun sudah tahu melodinya, usahakan meresapi terutama teks lagu yang ada di dalamnya. Bukan mempersiapkan instrumen kita dahulu dan Jangan memikirkan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.

·         melodi dan harmoni yang tepat
Harmoni adalah chordal atau struktur vertikal dari suatu musik sedangkan melodi adalah struktur horizontalnya. Seorang WL, penyanyi ataupun pemusik harus sama2 mengerti perubahan chordal yang terjadi dalam satu pujian karena hal ini akan mempengaruhi suasana ibadah. Penyanyi dan wl  perlu bekerjasama dengan pengiring dalam hal ini. Hanya saja wl berperan seperti konduktor dan diharapkan dapat mengetahui seluruh bagian yang terdapat dalam tim ibadah dan musik terutama pada saat kebaktian.
·         entrance and cuttoffs
pemandu dan pemusik dan pemimpin ibadah akan terdengar atau terlihat kurang baik/ tidak baik pada saat memainkan lagu pujian tidak memulai dan mengakhirinya bersama2. perlu ada kesepakatan bagaimana harus memulai dan mengakhiri satu lagu terutama jika ada hal2 yang harus diperhatikan dalam pujian yang dipersiapkan
                                                misal lagu hidup bagi yesus
·         diksi dan artikulasi
kunci dari diksi yang baik adalah kejernihan dari kata2 yang diucapkan. Diksi menjadi alat penentu utama bagaimana pesan/ FT yang ada dalam pujian sampai kepada pendengar. Seringkali pemandu pujian gagal karena mereka tidak mempunyai diksi yang tepat.
Misal : alangkah girang dan bahagia (leaning on the everlasting arms)
·         tanda kunci dan tanda mula yang tepat
sangat penting untuk mengetahui tanda kunci dan tanda mula  pada saat kita mempelajari satu pujian. Bagi para pemusik perlu diperhatikan apakah terdapat modulasi ataupun accidentals dalam pujian tersebut. Bagi pemandu pujian perlu diketahui not tertinggi dan terendah yang digunakan dalam lagu tersebut (hal ini dapat dikonsultasikan kepada pianis/ keyboardist)
·         perpaduan yang harmonis antara WL, singer dan pemusik Kunci dari perpaduan ini adalah
     1. saling mendengar antara penyanyi dan para pemain  instrumen. Masing2 mengetahui apa yang dilakukan.

2.   penempatan elemen2 musik yang benar pada tempatnya.  unsur musik yang penting : melody, ,rhythm,Harmony,Key,Texture,Form.(http://historyofmusic.tripod.com/id6.html). Pemahaman musik dunia menempatkan melodi sebagai elemen yang paling terutama dalam musik. Tetapi dalam nyanyian ibadah, teks menempati posisi di atas melodi karena teks berisikan FT ataupun refleksinya

3. Bagi soundman penting untuk mengetahui no. 2 sehingga dapat mengatur equalizer dengan baik jika mengerti pemahaman ini



b.      Pandangan ekspresionistik
·         Dinamik
Dinamik adalah bagaimana kita mengatur keras lembutnya volume pujian yang kita nyanyikan/ mainkan. Masalahnya bagaimana kita akan mengatur kontras antara keras-lembutnya pujian untuk mengangkat suasana ibadah?
a. dalam pujian kontemporer, kita dapat mengetahui dimana dapat ditemukan bait dan reffrain. Crescendo ketika memasuki reffrain dan decressendo ketika menyanyikan baitnya. Tetapi harus diingat bahwa pesan dalam pujian penting untuk disampaikan dan dikomunikasikan secara dinamis
mis : lagu bagaikan bejana, selidiki aku
b. mengetahui perubahan2 kunci/ nada dasar
c. mengetahui awal dan akhir lagu
·         Phrasing
Adalah pengkalimatan lagu. Misal :  Tuhanku Yesus, Raja sgenap alam, Ilahi dan manusia (contohin 2 gaya yang berbeda). Bagaikan bejana

·         Interpretation
Interpretasi adalah bagaimana suatu pujian itu akan kita bawakan pada saat pelayanan. Ornamentasi dalam musik adalah hiasan, biasanya berisikan not2 tambahan pada melodi. Masalahnya ornamentasi perlu ketrampilan bermusik dan pengetahuan sejarah. Juga haarus diketahui apa maksud komposer menulis lagu dengan gaya yang dimaksud. Jika kita sedang menginterpretasikan pujian berbahasa asing, kita akan membutuhkan kosakata dan pengetahuan yang cukup mengenai pujian tersebut agar dapat dikomunikasikan kata2 dan pesan yang terkandung di dalamnya,
Walau seribu lidahku, bersandar pada yang kekal
·         Body language
Waktu kita melayani jemaat, bagaimana seharusnya sikap tubuh yang benar? Bagaimana agar orang dapat memperhatikan kita yang memimpin dari mimbar?

·         Tempo yang tepat 
Dalam pujian kita sebenarnya jarang sekali berapa kecepatan sebuah lagu seharusnya dimainkan. Banyak penatalayan yang tidak tahu seberapa cepat atau lambat untuk memulainya. Tips sederhana yang dapat dilakukan: sering2 mendengarkan lagu yang akan kita persiapkan dan tentukan kira2 temponya. Kita dapat mencari di google dengan mengetik judul (asli) lagu yang dinginkan (biasanya tertera di indeks judul asli) dan mendengarkannya.
Contoh : bagaikan bejana, jaminan mulia bagaimana seharusnya kecepatan lagu ini?
·         Tanda2 ekspresi
Diharapkan setiap penatalayan (paling tidak ) terbiasa dengan beberapa istilah ekspresi dalam musik seperti : aksen, staccato (pendek2), fermata (ketukan yang diperpanjang), dsb. Hal ini dilakukan untuk membedakan karakter2 lagu yang dimainkan. Misalnya : pada lagu kesukaan yang ceria, tidak mungkin dinyanyikan dengan cara legato (menyambung) karena karakter lagunya dinyanyikan dengan cara menyanyikan not demi notnya dngan tegas dan sedikit lebih bertekanan (demo)

c.       Pandangan  referensialistik
·         Tujuan
Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman kita terhadap penulis pujian yang kita mainkan atau nyanyikan. Mengapa lagu ini ditulis? Lagu Apakah lagu yang ditulis merupakan refleksi atas satu kejadian dalam hidup pencipta lagu tersebut? Dst. Jikalau kita memahami hal2 seperti ini, saya yakin kita dapat membawakan lagu ini baik secara instrumen ataupun suara dengan lebih baik.
·         Ketepatan (appropriatenes)
Maksudnya disini adalah : ketepatan dalam pemilihan lagu. Saya pernah mendapati seorang pianis memainkan lagu saat teduh dengan gaya patriotik (jelaskan). Pada saat itu saya merasa itu bukan saat teduh tetapi seperti mau maju perang. Bagaimana memilih lagu pujian pembukaan? Bagaimana memilih lagu untuk perjamuan kudus? dsb
·         Hal komunikasi
Komunikasi di sini maksudnya : bagaimana seluruh ibadah yang kita bawakan itu dapat membangun jemaat. Apakah jemaat bosan dengan pilihan lagu yang kita bawakan? Cara kita bermain musik atau menjadi wl di depan? Ataukah mereka menjadi lebih bersemangat. Kita mungkin harus mencari tahu jika banyak jemaat tertidur atau terkantuk2 pada saat kita melayani. Atau mungkin (kebaktian remaja dan pemuda) jemaatnya bisa sampai sibuk sendiri n tidak mau terlibaat dan memperhatikan ibadah yang berlangsung. Kuncinya : belajar, belajar dan belajar. Mungkin kita dapat merekam sendiri wajah kita saat berlatih untuk pelayanan? Merekam musik yang kita mainkan? Atau kita dapat bertanya kepada orang2 yang memperhatikan kita dan meminta masukan darinya? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar